Selasa, 22 Juli 2025

PIWULANG LUHUR SERAT KALATIDHA

 Serat Kalatidha (bahasa Jawa꧋ꦱꦼꦫꦠ꧀ ꦏꦭꦠꦶꦣ꧈) adalah sebuah karya sastra dalam bahasa Jawa karangan Raden Ngabehi Rangga Warsita berbentuk tembang macapat. Karya sastra ini ditulis kurang lebih pada tahun 1860 Masehi. Kalatidha adalah salah satu karya sastra Jawa yang ternama. Bahkan sampai sekarang banyak orang Jawa terutama kalangan tua yang masih hafal paling tidak satu bait syair ini.

SERAT Kalatidha melukiskan keadaan Zaman Gemblung. Zaman di mana manusia dihadapkan pada pilihan dilematis yang merepotkan. Sehingga Zaman Gemblung bisa diidentikkan zaman bingung atau zaman kegelapan (zaman edan).

Syair Kalatidha bisa dibagi menjadi tiga bagian: bagian pertama adalah bait 1 sampai 6, bagian kedua adalah bait 7 dan bagian ketiga adalah bait 8 sampai 12. Bagian pertama adalah tentang keadaan masa Rangga Warsita yang menurut ialah tanpa prinsip. Bagian kedua isinya adalah ketekadan dan sebuah introspeksi diri. Sedangkan bagian ketiga isinya adalah sikap seseorang yang taat dengan agama di dalam masyarakat.

Berikut isi dari serat Kalatidha.

1.   Mangkya darajating praja
kawuryan wus sunya-ruri
rurah pangrehing ukara
karana tanpa palupi. 
Ponang parameng-kawi
kawileting tyas malatkung
kongas kasudranira
tidhem tandhaning dumadi.
Hardayengrat dening karoban rubeda.

Artinya: Keadaan negara yang demikian merosot. Karena tidak ada lagi yang memberi tauladan. Banyak yang meninggalkan norma-norma kehidupan. Para cerdik pandai terbawa arus zaman yang penuh keragu-raguan. Suasana mencekam. Karena dunia sudah penuh masalah.

2.   Ratune ratu utama
patihe patih linuwih
pra nayaka tyas raharja
panekare becik-becik
parandene tan dadi
paliyasing kalabendu
Malah sangkin andadra
rubeda kang ngreribedi.
Beda-beda hardane wong sanagara.

Artinya: Sebenarnya baik raja, patih, pimpinan lainnya maupun para pemuka masyarakatnya. Semuanya baik. Tetapi tidak menghasilkan kebaikan. Hal ini karena kekuatan zaman kalabendu. Justu semakin menjadi-jadi. Masalah semakin banyak. Pendapat orang satu negara berbeda-beda. 

3.   Katatangi tangisira
sira sang parameng kawi
kawileting tyas duhtita
kataman ing reh wirangi
dening upaya sandi
sumaruna anarawang
panglipur manuhara
met pamrih melik pakolih
temah suh-ha ing karsa tanpa weweka

Artinya: Hati rasanya menangis penuh kesedihan karena dipermalukan. Karena perbuatan seseorang yang seolah memberi harapan. Karena ada pamrih untuk mendapatkan sesuatu. Karena terlalu gembira sang pujangga kehilangan kewaspadaan.

4.   Dhasar karoban pawarta
babaratan ujar lamis
pinudya dadya pangarsa
wekasan malah kawuri.
Yen pinikir sayekti
pedah apa aneng ngayun
andhedher kaluputan
siniraman banyu lali.
Lamun tuwuh dadi kekembanging beka.

Artinya: Karena terlalu banyak kabar angin yang beredar. Akan diposisikan sebagai pimpinan. Tetapi akhirnya justru ditaruh di belakang dan dilupakan. Sebenarnya kalau direnungkan. Apa manfaatnya menjadi pimpinan. Kalau hanya menebar benih kesalahan. Lebih-lebih bila lupa. Hasilnya hanya mengakibatkan kesusahan.

5.   Ujaring Panitisastra
awawarah asung peling
ing jaman keneng musibat
wong ambek jatmika kontit.
Mangkono yen niteni.
Pedah apa amituhu
pawarta lalawora
mundhak angroronta ati.
Angur-baya ngiketa cariteng kuna.

Artinya: Menurut para ahli sastra. Sebenarnya sudah ada peringatan. Di zaman yang penuh musibah ini. Orang yang berbudi akan ditinggalkan. Demikian pula kalau kita perhatikan. Apa manfaatnya percaya pada desas-desus. Lebih baik menulis kisah lama.

6.   Keni kinarya darsana
palimbang ala lan becik.
Sayekti akeh kewala
lalakon kang dadi tamsil
masalahing ngaurip
wahanira tinemu
temahan anarima
mupus papasthening takdir
puluh-puluh anglakoni kaelokan.

Artinya: Kisah ini bisa dijadikan cermin dalam menimbang hal-hal baik dan buruk. Sebenarnya banyak kisah lama yang dapat dijadikan contoh. Mengenai masalah-masalah dalam kehidupan. Setelah ketemu akhirnya bisa berserah diri pada kehendak takdir atas hal-hal elok yang terjadi.

7.   Amenangi jaman edan

ewuh aya ing pambudi

Melu edan nora tahan

yen tan milu anglakoni

boya kaduman melik

kaliren wakasanipun.

Dilalah kersa Allah

begja-begjaning kang lali

luwih begja kang eling lan waspada.

Artinya: Mengalami hidup pada zaman edan. Memang serba repot. Ikut edan hati tidak sampai. Kalau tidak mengikuti. Tidak kebagian apa-apa. Akhirnya bisa kelaparan. Namun sudah menjadi kehendak Allah. Bagaimanapun beruntungnya orang yang lupa. Masih lebih beruntung orang yang ingat dan waspada.

8.   Samono iku babasan
padu-paduning kapengin
enggih makoten Man Doplang
bener ingkang ngarani
nanging sajroning batin
sejatine nyamut-nyamut.
Wis tuwa arep apa
muhung mahasing ngasepi
supayantuk parimamaning Hyang Suksma.

Artinya: Hal itu sebenarnya karena ada keinginan. Begitu kan paman Doblang? Kalau ada yang mengatakan begitu. Memang benar. Tetapi dalam hati memang susah juga. Sekarang sudah tua. Mau mencari apa lagi. Lebih baik menyepi agar mendapat ampunan Tuhan.

9.   Beda lan kang wus santosa
kinarilan ing Hyang Widhi
satiba malanganeya
tan susah ngupaya kasil
saking mangunah prapti
Pangeran paring pitulung
marga samaning titah
rupa sabarang pikolih
parandene masih taberi ikhtiyar.

Artinya: Lain dengan yang sudah sentausa. Mendapatkan rahmat Allah. Nasibnya selalu baik. Tidak sulit upayanya. Selalu memperoleh hasil. Tuhan selalu memberi pertolongan. Memberi jalan pada semua umatnya. Sehingga memperoleh semuanya. Tetapi manusia tetaplah berikhtiar.

10.            Sakadare linakonan

mung tumindak mara ati

angger tan dadi prakara

karana wirayat muni

ikhtiyar iku yekti

pamilihe reh Rahayu

sinambi budi daya

kanthi awas lawan eling

kang kaesthi antuka parmaning Suksma.

Artinya: Kita laksanakan, apapun, sekadarnya. Perbuatan yang menyenangkan dan tidak menimbulkan masalah. Karena sudah dikatakan. Manusia wajib ikhtiar. Melalui jalan yang benar. Sembari berikhtiar tersebut. Manusia harus terap awas dan ingat. Supaya mendapatkan rahmat Tuhan.

11.            Ya Allah ya Rasulullah
kang sipat murah lan asih
mugi-mugi aparinga
pitulung ingkang nartani
ing alam awal akhir
dumunung ing gesang ulun
mangkya sampun awredha
ing wekasan kadi pundi
mila mugi wontena pitulung Tuwan.


Artinya: Ya Allah, ya Rasulullah yang bersifat pemurah dan pengasih. Kiranya berkenan memberi pertolongan. Dalam alam awal dan akhir. Dalam kehidupanku. Sekarang hamba sudah tua. Akhir nanti seperti apa. Kiranya mendapatkan pertolongan Allah.

12.            Sageda sabar santosa
mati sajroning ngaurip kalis
ing reh huru-hara
murka angkara sumingkir
tarlen meleng melatsih
sanityaseng tyas mamatuh
badharing sapudhendha
antuk wajar sawatawis
borong angga suwarga mesi martaya.


Artinya: Kiranya aku mampu sabar dan sentausa. Mati dalam hidup. Terbebas dari semua kerepotan. Angkara murka menyingkir. Aku hanya memohon karunia-Mu. Guna mendapat ampunan. Diberi sekadar keringanan. Aku serahkan jiwa dan raga hamba.

 

Ajaran dalam Serat Kalatidha

Sekalipun Serat Kalatidha melukiskan tentang keadaan Zaman Gemblung, namun menyiratkan ajaran-ajaran kearifan R.Ng. Ranggawarsita III. Berikut adalah ajaran-ajaran kearifan Ranggawarsita yang dapat kita tangkap dari Serat Kalatidha:

1.     Bila Zaman Gemblung datang, banyak orang meninggalkan norma-norma. Banyak pemimpin negara dan masyarakat yang baik namun tidak membuahkan kemaslahatan. Para cerdik pandai yang kehilangan keyakinannya kemudian hidup dalam keragu-raguan. Bahkan seorang pujangga kehilangan kewaspadaan. Mudah tergiur dengan janji-janji muluk dari para pemimpin negara. Alhasil, sang pujangga terseret ke dalam kedukaan dan penderitaan.Manakala kehidupan sedang dililit oleh Zaman Gemblung, manusia yang baik disingkirkan oleh negara. Sementara manusia jahat yang suka menjilat-jilat serupa kucing demi pepes ikan itu justru dirangkul oleh negara. Akibatnya banyak punggawa negara dihadapkan pada pilihan yang merepotkan. Tetap bertahan sebagai manusia baik namun disingkirkan, atau berbuat jahat untuk mendapatkan pujian (pangkat) dari rajanya.Pada Zaman Gemblung di mana kebajikan yang tidak pernah membuahkan kebajikan merupakan waktu tepat bagi manusia untuk berserah diri pada Tuhan. Hanya dengan cara demikian, manusia akan selalu ingat pada Tuhan dan waspada terhadap geliat zaman. Hal ini sejalan dengan pandangan Ranggawarsita: "Beruntungnya orang yang lupa. Masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada."

2.     Sekalipun manusia yang berbuat kebajikan tidak pernah melahirkan kebajikan pada Zaman Gemblung, namun tidak boleh untuk berputus asa. Sebaliknya, manusia harus terus berikhtiar untuk menjalani hidup di Zaman Gemblung dengan melakukan kebajikan. Perihal hasil dari ikhtiar tersebut, hendaklah diserahkan kepada kebijaksanaan Tuhan. Inilah sikap optimis dan sangat arif untuk dilaksanakan oleh setiap manusia yang tengah dihadapkan pada zaman kegelapan.

3.     Agar selalu waras manakala tengah menghadapi Zaman Gemblung, tidak ada langkah bijak selain bersikap sabar untuk mensentausakan jiwa. Dengan selalu sabar, manusia akan menjadi tenang. Dengan ketenangan, manusia akan tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga manusia akan meraih kebahagiaan sejati sekalipun hidup dalam kemelaratan materi dan tidak memiliki jabatan tinggi sebagaimana diraih oleh kaum penjilat dan selalu mengkhalalkan segala cara.

Sumber:

Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Serat Kalatidha, Ajaran Ranggawarsita pada Zaman Kegelapan", Klik untuk baca:

https://www.kompasiana.com/achmadeswa/5d22c586097f3664002f39a2/serat-kalatidha-ajaran-ranggawarsita-pada-era-zaman-kegelapan?page=all#section1

Kreator: Sri Wintala Achmad

https://id.wikipedia.org/wiki/Serat_Kalatidha


Senin, 21 Oktober 2024

PARIWARA

    

  


                   

A.   Teges Pariwara

Ing basa Indonesia pariwara sinebut iklan. Pariwara/iklan yaiku informasi utawa kabar kang asipat nawakake barang utawa jasa marang masarakat.

B.   Ancas Pariwara

Ngglembug/mbujuk supaya masarakat kesengsem marang barang/jasa kang ditawakake.

C.   Jinis Pariwara

Miturut isine pariwara kaperang dadi 4, kayata:

1.  Pariwara Pengumuman

Pariwara iki adate kanggo menehi informasi lomba utawa sawijining acara.

2.  Pariwara Panjaluk

Pariwara iki asipat njaluk utawa panyuwunan, kayata lowongan kerja/gaweyan utawa njaluk sumbangan.

3.  Pariwara Dagang

Pariwara dagang/niaga uga kasebut pariwara produk utawa penawaran. Pariwara iki asipat nawakake barang/jasa marang konsumen, kayata panganan, klambi, sepatu lan sapiturute.

4.  Pariwara Layanan Masarakat

Pariwara iki asipat menehi kawruh marang masarakat supaya luwih eling lan sadar babagan apa wae kang lagi rame. Tuladhane bahaya rokok, posyandu, lingkungan, lan sapiturute.

Miturut ancase pariwara kaperang dadi 2, kayata:

1.  Pariwara Komersial

Ancase supaya barang kang ditawakake oleh bathi sing luwih gedhe.

2.  Pariwara Nonkomersial

Ancase menehi informasi. Pariwara iki asipat ngajak masarakat supaya nglakoni prakara kang becik.

Miturut saranane pariwara kaperang dadi 2, kayata:

1.  Pariwara Cithak

Pariwara iki adate diwartakne ing ariwarti, kalawarti, brosur, lan liyane.

2.  Pariwara elektronik

Pariwara iki diwartakne lumantar TV, radio, Youtube, medsos, lan sapiturute.

D.   Ciri-ciri/titikan Pariwara

1.    Bahasane ringkes lan gampang dimangerteni

2.    Nggunakake tembung kang asipat sugestif lan persuatif

3.    Ndundut ati utawa narik kawigaten (slogan lan ilustrasi/visual)

4.    Informasine padhet, cetha, lan ora nyinggung produk liyane

5.    Jujur lan obyektif

E.    Struktur Teks Pariwara

1.    Irah-irahan (orientasi)

Perangan iki isine irah-irahan/judhul pariwara.

2.    Awaking pariwara (tubuh iklan)

Perangan iki nerangake isine produk/jasa kang ditawakake. Perangan iki njentrehake kaluwihane produk/jasa supaya bisa ditampa wong liya.

3.    Katrangan (justifikasi)

Perangan iki isine katrangan ngenani carane oleh produk/jasa kang diwakake, kayata alamat/panggonan, nomer telpon, lan sapiturute.

F.    Slogan

Slogan yaiku teks persuasif ing sajroning pariwara. Anane slogan supaya wong kang maca bisa/gampang kepencut lan tansah eling/gampang eling marang produk/jasa kang dipariwarakne.

Titikane slogan:

1.    Tetembungane ringkes lan ndudut ati

2.    Gampang dieling-eling

3.    Ukarane cekak

Rabu, 11 Januari 2023

PANATACARA


A.     Teges lan Ancas

Panatacara, pranata adicara utawa pambyawara uga asring sinebut pembawa acara (bahasa Indonesia), Master of Ceremoni/MC (bahasa Inggris). Panatacara ateges wong kang gaweyane nata acara, mimpin acara, ngarahake acara, supaya acara kasebut lumampah kanthi lancar lan becik. Panatacara adate ditemoni ing acara kempalan/rapat, upacaraseminar, mantu, ulang taun, talkshow lan sapiturute.

 

B.      Struktur Teks Panatacara

1.    Salam  Pambuka

2.    Pakurmatan (salam hormat)

3.    Puji syukur

4.    Pitepangan marang audien

5.  Wosing tatacara

6.    Penutup (panuwun lan pangapura)

7.    Salam Penutup

 

C.       Sarat Panatacara:

1.    Percaya Diri (Kendel)

2.    Komunikatif

3.    Kreatif lan Ekspresif

4.    Penguasaan Bahasa

5.    Teknik Vokal (Artikulasi&Intonasi)

6.    Menguasai Acara

 

D.        Tuladha Teks Panatacara:

1.    Salam pambuka
Tuladha:

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, sugeng enjing, sugeng sonten, lan sapiturute.

2.    Pakurmatan (Salam hormat).
Salam pakurmatan marang wong kang rawuh ing acara kasebut.
Tuladha:

Ingkang dhahat kinurmatan Bapa RT…. (rapat RT), ingkang kula tresnani kanca-kanca siswa …… (rapat OSIS), lan sapiturute.

3.    Pambuka (Puji Syukur)
Nyucapake puji syukur marang Gusti Allah
Tuladha:

Puji syukur kita aturaken dhumateng Gusti Allah, amargi kanthi rahmat saha berkahipun kita sedaya saged makempal wonten ing papan menika.

4.    Isi
Ing perangan iki, pranatacara ngaturake/njlentrehake runtutane acara nganti rampung.
Tuladha:

Para rawuh ingkang kula tresnani, wonten ing mriki kula badhe ngaturaken urut rentengipun adicara ing dalu menika. Menggah adicara ingkang badhe kita lampahi inggih menika. Tuladha rapat RT:

a.    Pambuka

b.    Tanggap wacana saking ketua RT

c.    Laporan bidang kerja/ seksi-seksi

d.    Pirembugan/diskusi

e.    Pamaosing notulen 

f.   Panutup

 

Kanggo nyambung urutaning adicara, ing sela-selaning adicara pranatacara bisa ngaturake. 

Tuladha:

-       Para rawuh ingkang kinurmatan adicara ingkang salajengipun tanggap wacana saking bapa Ketua RT…(rapat RT)

-       Para kanca ingkang kula tresnani adicara lajengipun ….(rapat OSIS)

-       Para rawuh ingkang kula hormati, salajengipun inggih menika pembacaan ayat suci Al-Qur'an ingkang dipunbektakaken dening Ibu Siti Fatimah (adicara pengaosan)

-       Para rawuh ingkang bagya mulya, adicara dipunlajengaken kaliyan acara sungkeman (adicara ing mantu/mantenan)

-       Lan sapiturute.

 

5.    Panutup
Ing perangan iki, pranatacara bisa ngucapake matur nuwun marang para rawuh, lan nyuwun pangapura marang para rawuh menawa ana atur kang ora mranani. Ing perangan iki pranatacara uga bisa nutup kanthi atur hamdalah.
Tuladha:

Para rawuh ingkang bagyamulya, adicara pepangihan RT ing dalu menika sampun kalampahan kanthi sae. Mugi-mugi punapa ingkang sampun dados asil ing ndalu punika saged mbeta kesaenan warga RT 09. Kula minangka pranatacara ngaturaken matur nuwun awit rawuh penjenengan, lan nyuwun pangapunten menawi wonten atur kula ingkang mboten mranani penggalih penjenengan. Sumangga adicara ing wekdal punika dipuntutup kanthi waosan Alhamdulillah.

6.    Salam penutup

Tuladha:

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Matur nuwun.

 

 

D.       Praktik Panatacara

 

PANATACARA RAPAT KARANGTARUNA

 

1.    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

2.   Ingkang kinurmatan ketua karang taruna Karya Bakti dusun Gondanglegi.

Ingkang kula hormati pengurus karang taruna Karya Bakti dusun Gondanglegi.

Ugi ingkang kula tresnani kanca-kanca karang taruna Karya Bakti dusun Gondanglegi.

3.  Puji syukur kita aturaken dhumateng Gusti Allah, awit rahmat saha berkahipun kita sedaya saged makempal wonten ing papan menika saprelu nglampahi kempalan/rapat karang taruna rutin saben wulan.

4. Para rawuh ingkang kula tresnani, wonten ing mriki kula badhe ngaturaken urut rentengipun adicara ing dalu menika. Menggah adicara ingkang badhe kita lampahi inggih menika:

a.    Pambuka

b. Tanggap wacana saking ketua karangtaruna

c.    Laporan bidang kerja/seksi-seksi

d.    Pirembugan/diskusi

e.    Pamaosing asil diskusi dening notulis

f.     Panutup

 

Para rawuh sumangga kita bikak adicara menika kanthi waosan basmalah sesarengan, bismilahirohmannirrohim….

Para rawuh ingkang kinurmatan adicara salejengipun tanggap wacana saking ketua karangtaruna, dhumateng Mas Aditya kula sumanggakaken…..

Para rawuh ingkang bagyamulya, adicara salejengipun Laporan bidang kerja karangtaruna, dhumateng bidang sosial, bidang humas, sekretaris, bendahara kula sumanggakaken….

Para rawuh ingkang kinurmatan adicara salejengipun Pirembugan/diskusi ingkang dipangarsani dening moderator, dhumateng Mas Wahyudi kula sumanggakaken…..

Para rawuh adicara salajengipun pamaosing asil pirembugan, dening notulis…..

5.  Para rawuh ingkang bagyamulya, adicara pepangihan karangtaruna ing dalu menika sampun kalampahan kanthi sae. Mugi-mugi punapa ingkang sampun dados asil ing pepanggihan dalu punika saged mbeta kesaenan pramuda ing dusun Gondanglegi. Minangka pranatacara Kula ngaturaken matur nuwun awit rawuh penjenengan sedaya. Matur ugi dhumateng Sedaya ingkang sampun mratitisake ubarampe ing adicara dalu punika. Ingkang pungkasan kula minangka pranatacara, nyuwun agunging pangapunten menawi wonten atur kula ingkang mboten mranani penggalih penjenengan. Kupat duduhe santen, menawi lepat nyuwun pangapunten. 

6.    Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Matur nuwun.

 

 

 

 

Rabu, 21 Desember 2022

PROFIL GURU PENGGERAK SMKN 1 KEDAWUNG SRAGEN

Nama saya Eko Wahyudi, Guru Penggerak SMKN 1 Kedawung Sragen. Saya menempuh pendidikan S1 di Universitas Veteran Bangun Nusantara dan S2 di Universitas Sebelas Maret (UNS), pada jurusan yang sama yakni Pendidikan Bahasa Jawa. Untuk meningkatkan profesionalisme sebagai guru, saya menempuh pendidikan profesi guru bahasa Jawa di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Mulai dari tahun 2010 hingga sekarang saya aktif mengajar di SMKN 1 Kedawung Sragen.

Selain menjadi guru, saya aktif sebagai koordinator ekstrakurikuler di sekolah, koordinator SIM PKB jenjang SMK MGMP Bahasa Jawa Kab. Sragen, sekretaris Sistem Penjamin Mutu Internal Sekolah (SPMI), staf manager Sistem Manajemen Mutu LSP P1, dan staf/divisi pengurus kwartir ranting gerakan Pramuka.

Prestasi yang saya raih sampai saat ini adalah lolos Krenova Balitbang Jateng tahun 2011 dengan karya Penemu/pengembang Metode 24 Jam Menguasai Aksara Jawa, lolos menjadi pemakalah Kongres Bahasa Jawa ke-VI tahun 2016 di Yogyakarta, Juara 1 Lomba Inovasi Pembelajaran (Penelitian Tindakan Kelas) tingkat kabupaten Sragen tahun 2016, Juara 1 MasterChef PGRI Tingkat Kab. Sragen tahun 2021, dan penerima Penghargaan Pancawarsa I Gerakan Pramuka tahun 2021.

Setelah mengikuti pendidikan guru penggerak saya semakin memahami kondisi murid, menghargai potensi murid-murid, dan mengetahui bagaimana memuliakan murid-murid saya. Saya berharap, murid-murid saya bisa menjadi pemimpin masa depan yang berkompetisi global berkarakter profil pelajar pancasila.

Saya mengajak semua guru untuk menjadi bagian transformasi pendidikan di Indonesia. Kalau tidak sekarang kapan lagi.

Jumat, 22 April 2022

KONEKSI ANTAR MATERI

Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran



Oleh:

 Eko Wahyudi CGP Angkatan 4 SMKN 1 Kedawung

Kab. Sragen


  • Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?
Sesuai pandangan KHD, patrap triloka terdiri atas tiga semboyan yakni "ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Semboyan tersebut dapat diartikan "di depan memberi contoh/teladan, ditengah membangun motivasi/kehendak, dan dibelakang memberi dukungan/dorongan". Seorang guru seharusnya menghayati dan mengamalkan patrap triloka ini. KHD berpandangan bahwa seorang guru harus memberi teladan atau contoh praktik yang baik kepada murid (ing ngarsa sung tuladha). Guru adalah sosok yang patut ditiru baik ucapan dan tingkah lakunya, terlebih dalam mengambil keputusan. Untuk selanjutnya, seorang guru harus dapat mencurahkan kehendaknya/menggerakkan hatinya dan hati muridnya, agar keputusan yang diambil dapat membawa kebaikan bersama. Terakhir, dalam mengambil keputusan pula, seorang guru juga harus menghayati 'tut wuri handayani", artinya keputusan yang diambil dalam rangka wujud suport, dorongan, fasilitas bagi murid-murid menuju kebahagiaan


    • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 
    Sebagai seorang guru seharusnya memiliki nilai-nilai positif yang tertanam dalam dirinya. Nilai-nilai positif yang mampu mempengaruhi dirinya untuk menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan membimbing dan mendorong guru untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar. Nilai-nilai positif tersebut seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut merupakan prinsip yang dipegang teguh ketika kita berada dalam posisi yang menuntut kita untuk mengambil keputusan dari dua pilihan yang secara logika dan rasa keduanya benar, berada situasi dilema etika (benar vs benar) atau berada dalam dua pilihan antara benar melawan salah (bujukan moral) yang menuntut kita berpikir secara seksama untuk mengambil keputusan yang benar.
    • Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.
    Coaching merupakan ketrampilan yang sangat penting dalam menggali suatu masalah yang sebenarnya terjadi baik masalah dalam diri kita maupun masalah yang dimiliki orang lain. Selain untuk menggali suatu masalah, tujuan coaching tersebut adalah untuk melejitkan potensi murid.  TIRTA merupakan model coaching yang dikembangkan dengan semangat merdeka belajar. Dengan coaching model TIRTA kita dapat mengidentifikasi masalah apa yang sebenarnya terjadi dan membuat pemecahan masalah secara sistematis. Konsep coaching TIRTA sangat ideal apaila dikombinasikan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan sebagai evaluasi terhadap keputusan yang kita ambil.

    • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?
    Sebagai seorang guru, kita harus mampu menjembatani perbedaan minat dan gaya belajar murid di kelas sehingga dalam proses pembelajaran murid mendapatkan pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai profil belajar mereka masing-masing. Untuk itu diperlukan pengambilan keputusan yang tepat agar seluruh kepentingan murid dapat terakomodir dengan baik. Kompetensi sosial dan emosional diperlukan agar guru dapat fokus memberikan pembelajaran dan dapat mengambil keputusan dengan tepat dan bijak sehingga dapat mewujudkan merdeka belajar di kelas maupun di sekolah.

     

    • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.
    Sebagai seorang guru kita pasti sering dihadapkan dengan dilema etika dan bujukan moral. Ketika guru dihadapkan dengan masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang guru adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan.

     

    • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
    Pengambilan keputusan yang tepat tekait kasus-kasus pada masalah moral atau etika hanya dapat dicapai jika dilakukan melalui 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan, dengan memperhatikan 4 paradigma dan 3 prinsip pengambilan keputusan. Dengan mempertaikan langkah dan hal-hal tersebut, maka keputusan yang diambil diyakini akan mampu mengakomodasi semua kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat, yang berimbas terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, serta meminimalisir resiko terburuk.

     

    • Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?
    Iya, kesulitan muncul karena masalah perubahan pandangan/paradigma dan budaya sekolah yang sudah dilakukan turun temurun selama bertahun-tahun. Diantaranya adalah sistem yang kadang memaksa guru untuk memilih pilihan yang salah atau kurang tepat dan tidak berpihak kepada murid. Kedua, tidak semua warga sekolah berkomitmen tinggi untuk menjalankan keputusan bersama. Ketiga, banyak keputusan manajemen sekolah yang diambil tanpa melibatkan guru sehingga muncul kegaduhan.

     

    • Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
    Menurut pendapat saya, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid, misalnya tentang budaya kedisiplinan sekolah, apakah penangannya sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya.

     

    • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?
    Guru adalah pemimpin pembelajaran. Ketika guru sebagai pemimpin pembelajaran melakukan pengambilan keputusan yang memerdekakan dan berpihak pada murid, maka dapat dipastikan murid-muridnya akan belajar menjadi oang-orang yang merdeka, kreatif, inovatif dalam mengambil keputusan yang menentukan bagi masa depan mereka sendiri. Di masa depan mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang matang, penuh pertimbangan dan cermat dalam mengambil keputusan-keputusan penting bagi kehidupan dan pekerjaannya.
    Guru diibaratkan sebagai petani. Petani bertanggung jawab atas kondisi tanamannya dan mereka memiliki tugas/wewenang untuk memutuskan/meracik formulasi pupuk (misalnya). Ketika formulasi pupuk tepat, maka akan sangat berpengaruh sekali pada pertumbuhan tanamannya. Demikian juga dengan murid, seorang guru bertanggung jawab untuk mengembangkan potensi yang dimiliki murid sebagaimana petani. Untuk mendapatkan hasil yang baik sehingga setiap keputusan guru akan berpengaruh pada masa depan murid.


    • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
    Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul 3.1 dan kaitannya dengan modul-modul sebelumnya adalah:

    1.     Pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran.

    2. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).

    3. Pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila.

    4.  Dalam mewujudkan profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

    Terima kasih dan semoga bermanfaat.