Bahasa merupakan alat komunikasi dasar manusia.
Melalui bahasa, manusia mengungkapkan gagasan yang dipikirnya sehingga
berpengaruh pada perkembangan ilmu pengetahuan dunia. Senada dengan hal tersebut, bahasa Jawa
telah menunjukkan fungsinya sebagai alat komunikasi penutur Jawa. Bahasa Jawa oleh penuturnya telah
dianggap sebagai bahasa yang tidak sekadar
untuk alat komunikasi, tetapi bahasa Jawa telah menjelma sebagai penyokong
terbentuknya sikap (karakter) masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi sopan
santun.
Menurut informasi beberapa siswa SMK N 1 Kedawung, pembelajaran bahasa Jawa pada sub menulis
aksara Jawa jejang SMK memang lebih sulit dibandingkan dengan jenjang
sebelumnya. Kesulitan atau hambatan dalam mempelajari aksara Jawa yang
dirasakan siswa kelas XI TKR 2 SMK N 1 Kedawung, diantaranya: (1) siswa sulit
membedakan karakter aksara Jawa; (2)
Siswa tidak terbiasa menggunakan
aksara Jawa dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah,
keluarga, dan lingkungan sekitar sehingga mereka merasa asing dengan aksara
Jawa; (3) Kurangnya referensi di perpustakaan
juga menjadi penghambat proses belajar menulis aksara Jawa. Kesulitan yang dirasakan siswa berdampak
pada nilai bahasa Jawa pada materi
aksara Jawa. Nilai aksara
Jawa kelas XI TKR 2 rata-rata 63,4 dengan batas KKM 70. Dari
beberapa masalah tersebut maka perlu diberi tindakan pembelajaran efektif
sehingga mampu meningkatkan motivasi serta kemampuan menulis aksara Jawa dengan
pembelajaran teknik menulis berantai yang diilhami dari pembelajaran
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya
kelompok-kelompok (Hosnan, 2014: 234). Kelompok yang dimaksud harus heterogen,
yang mempunyai tingkat kemampuan yang
berbeda, suku dan ras yang berbeda, serta memperhatikan kesetaraan
gender. Jadi, komposisi dalam kelompok terdiri atas beragam komponen, tidak homogen
pada salah satu ciri atau persyaratan tertentu. Menurut
Ismaryati (2012), cooperative learning
adalah model pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama dalam suatu
kelompok dengan jumlah anggota antara tiga sampai lima orang siswa, para
anggota saling bekerja sama dan saling membantu dalam menyelesaiakan tugas yang
diberikan guru.
Hasil penelitian yang dilakukan Johnson dan Johnson
dalam Hosnan (2014: 240), menunjukkan adanya berbagai keunggulan cooperative learning, diantaranya; (1)
memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;
(2) mengembangkan kegembiraan belajar sejati; (3) memungkinkan para siswa
saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan
pandangan; (4) meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan; (5) menghilangkan
sifat mementingkan diri sendiri atau egois; (6) menghilangkan siswa dari
penderitaan akibat kesendirian dan keterasingan; (7) membangun persahabatan
yang dapat berlanjut hingga dewasa; (8) meningkatkan motivasi.
Teknik menulis berantai diilhami dari pendekatan
kooperatif, yakni pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok. Melalui
teknik ini siswa akan saling bantu-membantu
atau bergantian dalam menulis teks aksara Jawa. Kerja sama ini sangat dibutuhkan dalam menulis
aksara Jawa karena menulis aksara Jawa tidak semudah menulis aksara latin.
Menulis aksara Jawa memerlukan kreativitas tinggi. Siswa tidak hanya berfikir untuk
merangkai kalimat, tetapi juga menguji psikomotornya untuk menuangkan ke dalam
aksara Jawa yang asing di mata siswa. Kesulitan
dasar yang sering terjadi adalah dalam membedakan karakter, misalnya penulisan pepet ><taling, pepet >< wulu, aksara da>< dha, dan aksara ta><tha.
Syatariah (2011) mengemukakan langkah-langkah
menulis berantai diantaranya: (1) menentukan tema yang akan kembangkan menjadi
tulisan; (2) menuliskan kalimat untuk memulai tulisan; (3) pada akhir kalimat,
siswa menuliskan namanya; (4) siswa memindahkan tulisan kepada teman sebelah
(berlaku untuk semua siswa yang lain); (5) siswa yang telah menerima tulisan
temannya harus meneruskan tulisan yang telah dibuat, dengan catatan sebelum
melanjutkan tulisan siswa harus membaca terlebih dahulu tulisan temannya untuk
menghindari terjadinya ketidakharmonisan antarkalimat; (6) setelah sampai batas waktu yang
ditentukan pemilik buku
atau kelompok membaca tulisan secara keseluruhan sambil menandai
kalimat-kalimat yang tidak sesuai;
(7) pada bagian akhir,
pemilik buku atau kelompok merevisi atau membenahi ketidaktepatan tulisan.
SMK Negeri 1 Kedawung dipilih sebagai tempat
penelitian oleh peneliti karena SMK Negeri 1 Kedawung merupakan tempat dimana
peneliti melaksanakan tugas sebagai pengajar disetiap harinya. Kelas XI TKR 2 dipilih menjadi subjek penelitian ini karena peneliti
menemukan masalah dalam pembelajaran, yakni terlihat dari nilai membaca aksara Jawa siswa
masih rendah. Oleh karena itu,
peneliti ingin meningkatkan motivasi dan kemampuan membaca aksara Jawa melalui
penelitian tindakan kelas.
Penelitian dengan metode menulis berantai sebelumnya
telah dilakukan oleh Wulandari (2012) dengan judul peningkatan motivasi dan kemampuan
menulis puisi melalui penerapan metode menulis berantai pada siswa sekolah
menengah atas. Penelitian tersebut
merupakan penelitian tindakan
kelas yang bertujuan
untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan penulisan puisi
siswa SMA melalui
metode menulis berantai. Simpulan penelitian Wulandari tersebut adalah
penerapan metode menulis
berantai meningkatkan motivasi
dan kemampuan menulis puisi. Penggunakan metode tersebut
sangat efektif dalam pembelajaran menulis puisi. Atas
dasar itu peneliti ingin menggunakan teknik tersebut dalam pembelajaran aksara
Jawa tetapi dengan sedikit modifikasi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah: (1) untuk meningkatkan motivasi menulis aksara Jawa siswa kelas XI TKR 2 SMK
Negeri 1 Kedawung melalui teknik menulis berantai, dan (2) untuk meningkatkan
kemampuan menulis aksara
Jawa siswa kelas XI TKR 2 SMK Negeri 1 Kedawung melalui teknik menulis
berantai,
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI TKR 2
SMK Negeri 1 Kedawung, Sragen. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI TKR
2 yang berjumlah 35 siswa. Pemilihan subjek didasarkan pada kemampuan menulis
aksara Jawa yang masih rendah. Penelitian ini berupa penelitian tindakan kelas
yang dilaksanakan selama dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan
apa yang hendak dicapai. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa
perlu adanya observasi pembelajaran menulis
yang dihadapi peserta didik.
Tiap siklus dilaksanakan dengan
prosedur: perencanaan (planning), pelaksanaan
tindakan (acting), pengamatan
tindakan (observing), refleksi tindakan
(reflecting) (Mulyasa,
2009:112).
Tahap
perencanaan mencakup kegiatan
menyiapkan skenario pembelajaran, RPP, menyiapkan media pembelajaran,
menyiapkan lembar observasi, menyiapkan lembar pengamatan motivasi siswa, dan
menyiapkan dokumentasi. Tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengadakan
pembelajaran menulis aksara Jawa melalui teknik menulis berantai. Tiap siklus
dilaksanakan dengan waktu 45 menit x 2 jam pembelajaran. Tahap observasi
dilakukan dengan mengamati jalannya proses pembelajaran. Untuk menghindari
subyektivitas, pada tahap ini peneliti (guru) meminta bantuan kolaborator untuk
mengamati jalannya proses pembelajaran. Tahap refleksi dilakukan dengan
menganalisis hasil pekerjaan siswa, hasil observasi, serta wawancara. Untuk
pelaksanaan siklus II, dilakukan tahapan yang sama seperti siklus I, akan
tetapi perlu didahului dengan perencaan pembaharuan dari siklus I.
HASIL
PENELITIAN
Penelitian ini diawali
dengan observasi kelas yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal siswa. Dari
hasil observasi dan pelaksanaan pratindakan menunjukkan motivasi dan kemampuan
menulis aksara Jawa siswa kelas XI TKR 2 SMK Negeri 1 Kedawung masih rendah. Motivasi
siswa mengikuti pembelajaran mencapai 41,9%, sedangkan dari hasil pembelajaran
pratindakan menulis aksara Jawa, menunjukkan hanya 5,71% yang mampu tuntas KKM
70. Maka dari itu perlu peningkatan nilai sebagaimana menjadi tujuan sekolah
harus mampu mendapatkan nilai tuntas minimal.
Hasil analisis nilai
yang diperoleh pada test menulis aksara Jawa kelas XI TKR 2 pratindakan yakni: nilai
terendah adalah 47, nilai tertinggi 76, rata-rata kelas 63,4. Pesentase
ketuntasan hanya 5,71% dan 94,29% siswa belum mencapai ketuntasan.
Pada siklus I dilakukan
perbaikan mengajar dengan menggunakan teknik menulis berantai. Hasilnya sudah
ada peningkatan walaupun belum semua siswa mencapai kritetia ketuntasan. Hasilnya
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran menulis aksara Jawa adalah
67.63%. Artinya mengalami peningkatan dibandingkan pada pratindakan sebesar
41,9%. Selanjutnya, hasil menulis aksara Jawa siswa mengalami peningkatan
menjadi 60% atau terjadi peningkatan 54,3% .
Selanjutnya, hasil
analisis kemampuan menulis Aksara Jawa siklusI adalah: nilai terendah 63, nilai
tertinggi 82, rata-rata kelas, 70,63. Persentase kelulusan 60%, dan persentase
tidak lulus sebesar 40%. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan
dibandingkan prasiklus. Akan tetapi apabila merujuk pada indikator
keberhasilan, masih perlu tindakan lanjutan.
Pelaksanaan siklus II
menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan. Motivasi siswa dalam pembelajaran
siklus II mencapai 89,53% dengan rincian kesungguhan siswa 88,6% , perhatian
siswa 88,6%, keaktifan siswa mencapai 91,4%.
Berdasarkan data-data
yang diperoleh dari tindakan siklus II, kemampuan menulis aksara Jawa kelas XI
TKR 2 juga mengalami peningkatan yang signifikan. Bahkan semua siswa telah
melampaui KKM setelah mendapatkan pembelajaran dengan metode menulis berantai.
Dari hasil analisis data,
dapat diketahui nilai terendah siswa pada siklus II adalah 71, nilai tertinggi
97, rata-rata kelas 81,68. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan yang
signifikan dibandingkan siklus I. Atas dasar hasil yang dicapai, pembelajaran
menulis aksara Jawa melalui teknik menulis berantai berjalan dengan optimal. Keberhasilan
ini juga terlihat dari motivasi siswa yang meningkat jika dibandingkan dengan
siklus sebelumnya.
PEMBAHASAN
Hasil pelaksanaan
kegiatan pratindakan, siklus I, dan siklus II dapat dibandingkan seperti pada
tabel berikut.
Tabel 1. Persentase
Motivasi Siswa yang diperoleh Antarsiklus
No
|
Keterangan
|
Prasiklus
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1
|
Kesungguh-sungguhan
|
48,6%
|
74,3%
|
88,6%
|
2
|
Perhatian
|
42,8%
|
60%
|
88,6%
|
3
|
Keaktifan
|
28,6%
|
68,6%
|
91,4%
|
4
|
Ketercapaian
|
41,9%
|
67,63%
|
89,53%
|
Motivasi siswa pratindakan mencapai 41,9%
meningkat menjadi 67,63 pada siklus I, dan meningkat lagi menjadi 89,53 pada
siklus II. Peningkatan ini tentunya dengan diterapkannya pembelajaran
kooperatif dengan teknik menulis berantai. Apabila merujuk pada indikator
keberhasilan motivasi siswa maka pencapaian pada siklus II (89,53) telah
melampaui indikator (85%). Sehingga dapat dikatakan penelitian ini telah
berhasil.
Selanjutnya berikut
akan disampaikan hasil analisis perbandingan kemampuan antarsiklus.
Tabel 2.
Perbandingan Nilai Kemampuan Menulis Siswa
No
|
Keterangan
|
Pratindakan
|
Siklus
I
|
Siklus
II
|
1
|
Nilai
Terendah
|
47
|
63
|
71
|
2
|
Nilai
Tertinggi
|
76
|
82
|
97
|
3
|
Rata-rata
|
63,4
|
70,63
|
81,68
|
4
|
Ketercapaian
|
5,71%
|
60%
|
100%
|
Nilai terendah yang
diperoleh siswa prasiklus adalah 47, meningkat menjadi 63, dan meningkat lagi
menjadi 71. Nilai tertinggi siswa adalah 76 meningkat menjadi 82 pada siklus I
dan meningkat lagi menjadi 97 pada siklus II. Rata-rata nilai siswa, pada
prasiklus 63,4; siklus I 70,63; siklus II 81,68. Ketercapaian prasiklus 5,71%,
meningkat pada siklus I menjadi 60%, dan meningkat lagi menjadi 100% pada
siklus II. Berdasarkan indikator keberhasilan pembelajaran, capaian kemampuan
yang diperoleh siswa telah berhasil, dan tindakan penelitian dihentikan pada
siklus II.
Data pembahasan yang telah diuraikan di atas menunjuk bahwa penerapan pembelajaran menulis
aksara Jawa melalui teknik menulis berantai berhasil. Keberhasilan tersebut
nampak pada meningkatnya motivasi dan kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas
XI TKR 2 SMK N 1 Kedawung Sragen.
Pada kondisi pembelajaran pratindakan menulis aksara
Jawa, terlihat kemampuan siswa belum menunjukan hasil yang memuaskan, bahkan
masih berada di bawah KKM yang ditetapkan sekolah. Hasil tes pratindakan
menunjukan, dari nilai KKM yang ditentukan 70, hanya 2 siswa (5,7%) dari 35
siswa yang memperoleh nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70.
Sedangankan 33 siswa (94,3%) belum mampu mencapai KKM. Nilai tertinggi yang
diperoleh siswa adalah 76, sedangkan nilai terendah adalah 47, serta rata-rata
nilai siswa 63,4.
Motivasi siswa saat pratindakan juga tergolong
rendah. Motivasi siswa dalam proses pembelajaran 41,9% denganrincia, kesungguh-sungguhan
siswa 48,6 %, perhatian siswa 42,8 %, 3) keaktifan siswa 28,6%. Dari hasil
tersebut menunjukan perlunya diadakan perbaikan proses pembelajaran menulis
aksara Jawa melalui teknik berantai.
Hasil observasi juga menunjukan beberapa
kelemahan-kelemahan dalam pembelajaran yang perlu diperbaiki. Kelemahan
tersebut berasal dari guru maupun dari siswa. Adapun yang menjadi kelemahan
guru adalah sebagai berikut: (1) guru belum membawa siswa menjadi aktif dalam
pembelajaran tersebut, (2) guru cenderung dominan, guru belum menggunakan media
inovatif, misalnya penggunakan LCD, padahal dikelas tersebut sudah tersedia
LCD.
Adapun kelemahan kelemahan yang muncul pada siswa
adalah kurangnya motivasi dalam belajar aksara Jawa, ini dibuktikan dengan
hasil pengamatan motivasi dan hasil test pratindakan. Kelemahan-kelemahan
tersebut diantaranya: (1) siswa cenderung diam dalam menerima materi, dan tidak
ada respon, (2) siswa mengalami kesulitan menulis aksara Jawa ini disebabkan
tidak mampunya siswa dalam membedakan karakter aksara Jawa, termasuk didalamnya
pasangan, dan sandhangan aksara Jawa.
Pada siklus I, dengan diterapkanya teknik menulis
berantai pada materi menulis aksara Jawa terlihat ada peningkatan pada nilai
siswa. Berdasarkan data yang diperoleh pada siklus I, siswa yang lulus KKM
mencapai 60 % atau sebanyak 21 siswa, sedangkan 40% atau sebanyak 14 siswa
belum mencapai KKM. Nilai tertinggi mencapai 82 dan nilai terendah adalah 64.
Bila dibandingkan dengan nilai prasiklus, kenaikan ini sangat signifikan,
tingkat kelulusan KKM prasiklus hanya 5,7% naik menjadi 60%. Nilai terendah
prasiklus hanya 47 naik menjadi 64. Nilai teringgi prasiklus hanya 76 naik
menjadi 82.
Dari proses analisis hasil data tersebut, walaupun
tindakan ini mengalami peningkatan yang signifikan, namun apabila melihat
indikator keberhasilan tindakan, ternyata masih jauh dari harapan. Pada
indikator tindakan telah disebutkan bahwa penerapan metode menulis berantai
dinyatakan berhasil apabila kelulusan anak sekurang-kurangnya mencapai 80%.
Sementara, hasil dari observasi siklus I menunjukkan
adanya peningkatan pada motivasi siswa kelas XI TKR 2 SMK N 1 Kedawung.
Motivasi siswa diukur dengan mengamati kesungguh-sungguhan, perhatian, dan
keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajran teknik menulis berantai. Setelah
diterapkan teknik menulis berantai pada materi menulis aksara Jawa pada siklus
I, persentase motivasi siswa meningkat dari 40% menjadi 67,63%. Peningkatan
motivasi pada siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan dalam
penelitian ini. Ada beberapa kelemahan yang menyebabkan peningkatan motivasi
siswa pada siklus I ini, disebabkan oleh guru dan siswa, yakni: (1) guru kurang
jeli mengatur alokasi waktu pembelajaran, (2) guru kurang jeli memahami isi
materi di RRP jangan sampai keluar dari apa yang tertulis dalam RPP, (3) guru
kurang mengontrol perilaku siswa ketika kerja kelompok, guru kurang memantau
kinerja setiap kelompok dan anggotanya.
Sedangkan kelemahan yang bersumber dari siswa
diantaranya: (1) siswa sebaiknya mengontrol perilaku sendiri, sehingga
ketenangan dalam kelas mampu tercipta, (2) siswa sebaiknya saling bekerjasama
dengan teman, menghilangkan individualisme, dan saling memberi solusi apabila
ada siswa yang tidak bisa mengerjakan tugas.
Setelah siklus I selesai dilaksanakan, peneliti
kemudian melakukan refleksi dan tukar pikiran dengan kolaborator untuk
mengetahui kelemahan atau kekurangan pada siklus I. Dengan harapan pada
tindakan selanjutnya atau pada siklus II dapat dilakukan perbaikan-perbaikan
untuk meminimalisir berulangnya kesalahan yang terjadi pada siklus I. Guru
sebaiknya mampu memanajemen waktu pembelajaran, mampu memilah-milah waktu pada
setiap tahap pembelajaran, baik di tahap pendahuluan, inti, hingga penutup,
semua harus sesuai RPP.
Guru juga harus menyesuaian tingkat kesulitan tes,
dalam hal ini menulis aksara Jawa. Setelah pada siklus satu setiap kelompok
menyelesaikan teks eksposisi yang sama yakni sebanyak empat paragraf, maka pada
tindakan selanjutnya yang akan tulis adalah teks narasi yang paragrafnya
sebanyak tujuh paragraf. Tujuh paragraf tersebut dipotong-potong tiap
paragrafnya. Tiap kelompok hanya menulis satu paragraf. Di akhir pemberian
tugas, semua paragraf yang terpotong tadi dijadikan rangkaian cerita yang utuh.
Gabungan rangkaian paragraf yang utuh tadi sudah sesuai dengan KD yang ada
dalam RPP yakni menulis empat paragraf beraksara Jawa.
Selanjutnya guru harus mampu mengontrol perilaku
siswa dalam bekerja kelompok. Harapanya kelompok tersebut mampu menghasilkan
karya yang sempurnya. Guru juga harus memantau kinerja masing-masing kelompok,
jangan sampai terjadi ketegangan antar kelompok, ataupun gangguan kelompok satu
kepada kelompok yang lain.
Hasil tindakan siklus II menunjukkan nilai kemampuan
menulis aksara Jawa siswa kelas XI TKR 2 meningkat. Peningkatan tersebut
dibuktikan dengan data yang telah diperoleh dan dianalisis. Nilai terendah
siswa pada siklus I adalah 63, sedangkan siklus II mencapai 71. Nilai tertinggi
pada siklus I adalah 82 menjadi 97. Nilai rata-rata kelas pada siklus I
mencapai 70,63 dan pada siklus II mencapai 81,68. Persentase ketuntasan pada
siklus I adalah 60% menjadi 100% pada tindakan siklus II.
Dari data keseluruhan dapat dikatakan bahwa
pembelajaran menulis aksara Jawa pada kelas XI TKR 2 berhasil, baik pada
motivasi dan kemampuan. Penerapan teknik menulis berantai dalam pembelajaran
menulis aksara Jawa telah mengantarkan siswa mencapai tuntutan ketuntasan
nilai. Motivasi yang tinggi merupakan bagian yang penting dalam proses
pembelajaran. Tumbuhnya motivasi mampu mempengaruhi kesungguh-sungguhan dalam
belajar. Pada siklus II ini motivasi siswa mengalami peningkatan yang positif.
Pada siklus I motivasi siswa mencapai 67,63% sedangkan pada siklus II meningkat
menjadi 87,63%.
Peningkatan nilai positif pada pembelajaran menulis
aksara Jawa melalui teknik menulis berantai yang disebutkan di atas adalah
proses pembelajaran yang efektif. Sejalan dengan pendapat Cahyono dalam
Wulandari (2012), disebutkan bahwa kegiatan menulis secara berantai tersebut
sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Artinya melalui proses menulis
berantai atau bergantian, siswa akan tidak terbebani dengan tugas individu.
Siswa cenderung santai karena beban pekerjaan diselesaikan secara bersama dengan
anggota kelompoknya. Gotong royong menjadi hal yang penting pada kegiatan ini.
Pendapat tersebut sesuai dengan yang diungkapkan
Syatariah (2009:102) bahwa menulis berantai adalah salah satu pembelajaran yang
inovatif yang mampu meningkatkan motivasi dan kemampuan menulis aksara Jawa.
Siswa tidak jenuh dan tidak terbebani dengan tuntutan tugas menulis aksara Jawa
yang selumnya dianggap momok yang menakutkan. Siswa yang kurang pandai
diperbolehkan meminta bantuan pada yang lebih pandai. Siswa yang pandaipun
wajib membantu siswa yang kesulitan. Tetapi siswa tidak boleh bergantung pada
satu siswa saja. Siswa harus mengerjakan kewajiban menulis dengan baik, sesuai
dengan porsinya masing-masing.
Penerapan teknik menulis berantai mampu meningkatkan
kualitas pembelajaran, seperti yang dikatakan Wulandari (2012). Wulandari telah
menerapkan pada pembelajaran menulis puisi. Kualitas pembelajaran tersebut
ditandai dengan persentase motivasi siswa yang meningkat. Pada siklus I
persentase siswa sebanyak 64,70%, pada siklus II persentase siswa mencapai
75,30%, sedangkan siklus III meningkat menjadi 88,48%. Peningkatan lain juga
terlihat pada kemampuan menulis siswa. Hasil menulis siswa pada siklus I,
persentase kemampuan siswa mencapai 55,88%, pada siklus II mencapai 70,59%,
sedangkan pada siklus III mencapai 87,88%.
Secara keseluruhan, penerapan teknik
menulis berantai dalam menulis aksara Jawa yang diilhami dari pembelajaran
kooperatif berjalan dengan baik, siswa telah terlibat aktif, bertanggungjawab
terhadap tugas-tugasnya, dan membentuk kelompok yang positif. Keberhasilan ini
dapat dilihat dari persentasi ketuntasan nilai minimal yang mencapai 100%, dan
motivasi siswa yang mencapai 89,53%. Hal ini sejalan dengan pendapat Willis
(2007) bahwa pembelajaran kooperatif memberikan dorongan kepada siswa agar
bertanggung jawab terhadap proses belajarnya, terlibat aktif dalam kegiatan
belajar-mengajar, belajar lebih giat agar berprestasi, mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, membentuk hubungan yang positif antara teman
sekelompok maupun siswa dari kelompok lain.
Hasil penelitian Behjat
(2011) dengan judul “Reading through
Interaction: From Individualistic Reading Comprehension to Collaboreading”
mengungkap bahwa kegiatan membaca secara bersama akan lebih
baik hasilnya dari pada siswa yang melakukan kegiatan membaca secara individu.
Hal tersebut tercermin dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Ini artinya
pembelajaran cooperative sangan membantu proses belajar anak-anak bila
dibandingkan dengan belajar secara individu.
Momtaz dan Garner (2010) dalam jurnal
yang berjudul Does Collaborative Learning
Improve English Foreign Language (EFL) Student Reading Comprehension, beranggapan
bahwa pembelajaran cooperative itu efektif dalam pendidikan pada sebuah
penelitian di institusi pendidikan non-western, yang dikhususkan dalam
relasinya dengan EFL. Dalam prakteknya, masing-masing kelas membaca dua teks
secara bersamaan dan dua teks secara individu. Hasil dari proses pembelajaran
tersebut menunjukkan bahwa membaca bersama dapat diperoleh nilai lebih tinggi
daripada membaca individual. Interaksi kelompok selama membaca bersama-sama
direkam dan 10 siswa dipilih secara acak dari dua kelas yang diwawancarai.
Tan (1999) dalam jurnal internasional Using Cooperative Learning to Integrate
Thinking and Information Technology in a Content-Based Writing Lesson menyatakan
bahwa pembelajaran kooperatif merupakan konsep dan teknik untuk meningkatkan
nilai interaksi siswa. Keterampilan dan kreativitas berpikir dapat meningkat
saat siswa berinteraksi dengan siswa lain dalam menyampaikan gagasan,
pemaparan, pertanyaan, pendapat individu, dan penyelesaian masalah.
Pembelajaran kooperatif menawarkan beragam cara untuk menstruktur interaksi
berpikir model ini. Aplikasi pendidikan dalam teknologi informasi ditingkatkan
pada saat siswa dalam kelompok belajar, sebagaimana siswa dapat menggunakannya
dalam pengajaran dengan siswa lain. Jadi pembelajaran kooperatif sangat baik
untuk meningkatkan daya interaksi siswa dalam belajar.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
pelaksanaan pembelajaran kooperatif menulis aksara Jawa dengan teknik menulis
berantai maka dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan hasil
penelitian. Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai
berikut: (1) penerapan teknik menulis berantai yang diilhami dari strategi
pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi menulis aksara Jawa kelas
XI TKR 2 SMK N 1 Kedawung Sragen, dan (2) penerapan teknik menulis berantai
yang diilhami dari strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan
kemampuan menulis aksara Jawa siswa kelas XI TKR 2 SMK N 1 Kedawung Sragen.
Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis aksara
Jawa melalui teknik menulis berantai adalah sebagai berikut: (1) mencermati contoh
teks beraksara Jawa; (2) mencermati contoh bentuk teks latin yang akan ditulis
ke aksara Jawa; (3) memberi contoh cara menulis teks aksara Jawa; (4) membentuk
kelompok belajar masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang; (5) memberi kode
A, B, C, D, dan E, pada masing-masing anggota kelompok; (6) menulis judul,
kalimat pertama, dan paragraf utuh; (7) enuliskan kode (A, B, C, D, E) pada
akhir kalimat yang ditulis; (8) menyerahkan buku yang dipergunakan untuk
menulis kepada teman sebelah kanannya dalam kelompok yang sama; (9) membaca
tulisan teman terdahulunya sebelum meneruskan tulisan pada kalimat ke dua; (10)
memutarkan buku kepada siswa dalam kelompok itu searah jarum jam sampai waktu
yang diberikan habis; (11) membahas hasil tulisan dengan kelompoknya, kemudian
menandai kata, kalimat-kalimat sumbang dan tanda baca yang tidak sesuai; (12) merevisi
tulisan dalam kelompoknya; (13) membacakan hasil tulisan dengan suara nyaring
dan ditanggapi oleh peserta lain.