Kamis, 24 Februari 2022

PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI



Oleh: 

Eko Wahyudi 

CGP Angkatan 4 Kab Sragen Jawa Tengah

(Koneksi Antarmateri Pembelajaran Berdiferensiasi)

Pembelajaran berdiferensiasi merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berpihak kepada murid. Pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas, guna memenuhi kebutuhan belajar masing-masing murid/individu. Dalam pembelajaran berdiferensiasi semua murid akan diakomodasi  dari segala keberagaman, dan pemenuhan kebutuhan masing-masing individu, karena setiap murid sejatinya tumbuh dan berkembang di lingkungan dan budaya yang berbeda. Berdasar pemikiran tersebut, agar proses pembelajaran di dalam kelas dapat berjalan optimal, maka pembelajaranpun juga harus dengan cara/strategi yang beragam pula, dengan memperhatikan konten, proses dan produk atau disebut dengan diferensiasi konten, diferensiasi proses, dan diferensiasi produk.

Diferensiasi konten merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten/materi. Konten yang dimasuksud berupa materi pengetahuan, konsep, dan ketrampilan yang perlu dipelajari murid. Diferensiasi proses merujuk pada strategi membedakan proses yang dijalani murid, yang dapat memungkinkan mereka berlatih dan memahami isi konten (materi). Dalam bagian bagian ini, guru harus memahami apakah murid akan belajar secara individu atau kelompok, serta perlu bantuan yang seperti apa yang akan diberikan kepada murid, karena masing-masing individu mempunyai kemampuan yang berbeda. Sedangkan diferensiasi produk merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar murid, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah mereka pelajari. Produk ini dapat berupa: karangan, tulisan, pertunjukan, presentasi, rekaman, video, dan lain sebagainya.

Pembelajaran berdiferensiasi pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang maksimal. Pemenuhan kebutuhan belajar murid tersebut berdasarkan tiga aspek, diantaranya: kesiapan belajar murid, minat murid, dan profil belajar murid.

Kesiapan Belajar Murid

Kesiapan belajar merupakan kapasitas untuk mempelajari materi baru. Kesiapan ini terkait dengan berbagai hal, diantaranya: pengetahuan, konsep dan ketrampilan awal yang dikuasai murid, miskonsepsi, tingkat perkembangan kognitif, afektif dan fisik, ketrampilan berpikir, dan sebagainya. Kesiapan belajar murid bukanlah tentang tingkat intelektualitas (IQ), tetapi lebih kepada memberi informasi/identifikasi apakah pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki saat ini, sesuai dengan ketrampilan atau pengetahuan baru yang akan diajarkan. Tujuan dari melakukan identifikasi ini dalam rangka pemetaan kebutuhan belajar murid  berdasar tingkat kesiapan belajar dan menemukan formulasi yang tepat, sehingga murid-murid terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Minat Murid

Minat merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri. Minat merupakan motivator penting bagi murid untuk menuju pembelajaran yang aktif (active learning). Minat juga dapat dimaknai suatu dorongan atau ketertarikan murid terhadap sesuatu yang menarik. Dengan adanya minat yang tinggi, diharapkan dapat meningkatkan gairah belajar dan kwalitas belajar murid-murid.

Profil Belajar Murid

Profil belajar merupakan pendekatan yang disukai murid untuk belajar, yang dipengaruhi oleh gaya berpikir, kecerdasan, budaya, latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain. Profil belajar ini memberi kesempatan murid untuk belajar secara natural dan efisien, sehingga guru juga harus menggunakan berbagai metode dan pendekatan dalam mengajar.

Pembelajaran berdiferensiasi ini sangat berkaiatan erat dengan konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara, dimana pendidikan harus menuntun anak mencapai kodratnya. Karena masing-masing anak adalah pribadi yang berbeda. Mereka mempunyai karakter/keunikan masing-masing dan harus tumbuh dan berkembang sesuai potensinya masing-masing pula. Pembelajaran berdiferensiasi ini juga sangat berkaitan dengan budaya positif di sekolah, nilai dan peran guru penggerak, dan visi guru penggerak. Guru harus memaknai filosofi KHD, mewujudkan profil pelajar pancasila, menjalankan budaya positif dengan memahami kebutuhan dasar manusia dan dapat memaknai lima posisi kontrol. Kesemuanya dalam rangka merdeka belajar untuk mewujudkan generasi emas Indonesia.