Senin, 15 Juli 2013

BAHASA JAWA DALAM KURIKULUM 2013 : Membumikan Bahasa Jawa

Pro kontra tentang penghapusan mata pelajaran Bahasa Jawa dalam kurikulum 2013 terus menggelinding. Yang pro mengatakan, bahasa Jawa merupakan warisan leluhur yang patut dilestarikan. Karena etika, moral, filsafat, sejarah, mitos, kosmologi, serta legenda terkandung di dalamnya. Seorang anak bangsa seyogyanya harus memahami benar sejarah dan budayanya. Dengan begitu mereka dapat hidup di tengah dunia global tanpa tercerabut dari akar budayanya.
Sementara yang kontra mengatakan, era global seperti sekarang ini diperlukan alat komunikasi yang cepat dan egaliter. Bahasa Jawa tidak mampu menembus batas itu. Akibatnya, berbahasa Jawa dianggap melawan jaman. Mereka yang berbahasa Jawa kerap dikatakan kampungan dan ketinggalan jaman. Bahkan dianggap sebagai orang yang berasal dari strata bawah.
Pro kontra tersebut merembet ke kalangan siswa. Hal itu tergambar dari hasil survei yang dilakukan tim Deteksi Jawa Pos. Di antara pro kontra itu 83,0 persen responden menganggap pelajaran Bahasa Jawa masih pantas dimasukkan ke dalam kurikulum. Bahkan 89,9 persen responden mengaku bangga berbahasa Jawa. Materi yang disukai antara lain Nulis Aksara Jawa, belajar bertutur bahasa, dan arti bahasa
Saya berharap hasil survei ini didengar oleh pihak Kemendikbud. Selanjutnya dijadikan bahan renungan dan pertimbangan sehinga Bahasa Jawa tetap ada dalam struktur kurikulum 2013. Dengan tetap mempertahankan bahasa Jawa diharapkan bahasa Jawa bisa membumi. Siapa tahu malah menjadi warisan dunia yang berasal dari Indonesia. Di samping itu, Pak Nuh sebagai orang nomor satu di Kemendikbud juga harus membuka kembali catatan UNESCO. Badan PBB itu mencatat, setiap tahun tidak kurang sepuluh bahasa daerah punah. Tentunya kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Semestinya begitu. (Priyandono dalam Radar Surabaya 02/04/2013) kapetik saking http://guru.or.id/membumikan-bahasa-jawa.html