Selasa, 20 November 2018

Cangkriman


Ngrembug bab kabudayan Jawa iku ora ana entekke. Kabudayan Jawa kang isih lestari nganti tumeka saiki iki pancen ndadekake mongkoging manah tumraping wong Jawa iku dhewe. Salah sawijining asil kabudayan kang isih lestari lan malah dadi piwulangan ing madyaning pawiyatan yaiku cangkriman. Apa ta cangkriman iku? Ing ngisor iki bakal katulis kanthi cekak apa kang sinebut cangkriman, jinis, lan tuladhane.
1.   Tegese cangkriman
          Cangkriman yaiku tetembungan utawa unen-unen kang kudu dibatang maksude.
2.         Wujude cangkriman
a.             Cangkriman kang awujud tembung wancahan
Tuladha:
-      tongyong rengreng
Bedhekane                              : gotong royong bareng-bareng
Nilai budi pakerti        : gotong-royong
b.             Cangkriman Irib-iriban
Tuladha:
-      Sega sakepel dirubung tinggi
Bedhekan                                : salak
-      Pitik walik saba meja
Bedhekan                                : sulak
Nilai budi pakerti        : panglipur
c.             Cangkriman Blenderan/Plesedan
Tuladha:
-      bakule krambil dikepruki
Bedhekan                                : sing dikepruke krambile
-      Tulisan Arab macane saka ngendi?
Bedhekan                                : Alas
Nilai budi pakerti        : panglipur
d.            Cangkriman Awujud tembang
Tuladha:
Pocung
Bapak pocung yen enom klambine gadhung
Yen wis rada tuwa
Si pocung klambine kuning
Tuwa pisan si pocung klambine abang
Bedhekan                                : mlinjo
Nilai budi pakerti        : panglipur

Selasa, 09 Oktober 2018

Tembang Kinanthi Globalisasi

Globalisasi puniku (8u)
kabeh sarwa teknologi (8i)
digital tan bisa uwal (8a)
bisa dadi tuk ing ilmi (8i)
ja nganti gawe duraka (8a)
teknologi den pepetri (8i)

Rabu, 25 Juli 2018

Tugas Basa Jawi

1. Setitekna tembang Kinanthi kang dijupuk saka Serat Wedhatama Pada 1 ing ngisor iki kanthi nggoleki guru gatra, guru wilangan lan guru lagune! 
"Mangka kanthining tumuwuh,
Salami mung awas eling,
Eling lukitaning alam,
Dadi wiryaning dumadi,
Supadi nir ing sangsaya,
Yeku pangreksaning urip".

Tegese tembang kasebut ing basa Indonesia:
Padahal bekal hidup,
selamanya waspada dan ingat,
Ingat akan pertanda yang ada di alam ini,
Menjadi kekuatannya asal-usul, supaya lepas dari sengsara.
Begitulah memelihara hidup.

Supaya gampang dimangerteni isine, tembang kasebut banjur gawenen crita!


Tuladha crita saka pada 1:
Wong urip ing alam donya iku butuhake sangu. Sangune yaiku tansah eling lan waspada. Eling tegese tansah enget marang Kuasaning Gusti Allah. Waspada bisa ditegesi ngati-ati. Wong urip uga tansah enget (sadar)  lan mangerteni prantadha sing ana ing alam  wektu iki. Eling lan waspada bisa dadi sumber kekuatane manungsa supaya bisa slamet saka kasengsaran lan kalabendu. Ya iku mau carane ngupakara urip. 

2. Sak wise nyetitekake tembang ing dhuwur banjur Pada 2 (Tembang Kinanthi Serat Wedhatama) wangsulana kanthi tatacara padha kaya printah ing dhuwur! 
Teks tembang bisa download ing kene https://javaeko.blogspot.com/2015/?m=1
4. Asil garapanmu tumpuken ing meja Pak Eko Kantor TKR. 
Matur nuwun. 

Rabu, 04 April 2018

PENGUMUMAN INOBEL 2018

Berikut kami tampilkan hasil seleksi Bimtek Inobel Pemula Tahun 2018

Baca di sini!

Kamus Jawa On Line

Ingkang badhe negesi tembung-tembung Jawi saged mlebet link menika:

https://jv.wiktionary.org/wiki/Kaca_Utama

Wow, Bahasa Jawa Mendunia


Pernahkan kamu menggunakan layanan Google Translate? Coba perhatikan pilihan bahasa yang tersedia. Ada pilihan bahasa Jawa. Wow, mencegangkan. Bahasa Jawa yang dikenal di Indonesia sebagai salah satu bahasa daerah, diterima oleh Google sebagai pilihan bahas di dunia.Sampai saat ini, sudah tersedia 70 bahasa pilihan di Google Translate. Bahasa Jawa ditambahkan bersamaan dengan empat bahasa baru lainnya: Bosnia, Cebuano, Hmong dan Marathi. Bosnia adalah bahasa resmi dari Bosnia dan Herzegovina. Sedangkan bahasa Cebuano biasa ditututkan di Filipina. Bahasa Hmong biasa dipergunakan oleh suku bangsa di Cina, Vietnam, Laos. Google memasukan pilihan bahasa Jawa karena bahasa ini merupakan bahasa kedua yang paling banyak digunakan di Indonesia. Dalam terjemahan bahasa Jawa, layanan ini bernama Google Nggoleki.

Dalam pilihan bahasa di Google Translate, bangsa kita masih kalah dengan bangsa India. Layanan Google Translate memasukan delapan bahasa bangsa India, yaitu: Bengali, Gujarati, Hindi, Kannada, Tamil, Telugu dan Urdu selain bahasa India sendiri.

Selain di Indonesia, bahasa Jawa sudah dikenal di beberapa negara. Google Translate memasukan bahasa Jawa ke dalam layanannya, bukan hanya diperuntukan untuk orang yang tinggal di Indonesia saja. Lebih dari itu, terjemahan bahasa Jawa dapat digunakan oleh orang lain, khususnya yang terbiasa menggunakan bahasa Jawa.Ada lima negara dimana bahasa Jawa dipergunakan.

Pertama, Republik Suriname. Republik Suriname (Surinam) dulu bernama Guyana Belanda atau Guiana Belanda adalah sebuah negara di Amerika Selatan dan merupakan bekas jajahan Belanda. Di Suriname tinggal sekitar 75.000 orang Jawa dan dibawa ke sana dari Hindia-Belanda antara tahun 1890-1939. Suriname juga merupakan salah satu anggota Organisasi Konferensi Islam.
Kedua, Singapura. Sejumlah orang Jawa didatangkan ke Singapura sejak 1825 [Johari, 1965]. Mereka berasal dari Jawa Tengah, dan mereka dipekerjakan sebagai buruh di perkebunan karet, jalur kereta api dan konstruksi jalan raya. Kampong Jawa, di tepi sungai Rochor, adalah tempat pemukiman pertama orang Jawa di Singapura. Selain Kampong Jawa, Kallang Airport Estate dikenal sebagai tempat pemukiman orang Jawa juga. Di Kallang, mereka hidup berdampingan dengan orang Melayu dan Cina.
Ketiga, Malaysia. Umumnya, mereka sudah berwarga negara Malaysia. Leluhur mereka datang sekitar tahun 1900 karena tekanan ekonomi. Masyarakat Jawa di Malaysia saat ini termasuk generasi ketiga dan keempat. Walaupun masih menggunakan sebagian adat dan kebudayaan Jawa, mereka sudah dianggap Melayu pribumi yang sah sesuai undang-undang Malaysia.
Yang terbanyak tinggal di Negeri Selangor, terutama di kawasan Tanjung Karang, Sabak Bernam, Kuala Selangor, Kelang, Banting, dan Sepang. Mereka masih mengekalkan beberapa unsur Jawa meski tidak total. Di Johor juga banyak, tapi yang muda-muda sudah lupa warisan leluhurnya.Bahkan sebagian ada yang merasa malu mengakui berketurunan Jawa. Mereka sudah tidak bisa lagi bertutur bahasa Jawa secara baik dengan unggah-ungguh dan tata krama. Ada yang mengekalkan identitas dirinya dengan mewujudkan Persatuan Anak-anak Jawa. Kegiatan keseniannya kuda kepang dan reog, walaupun tidak sehalus di Jawa.
Keempat, Belanda. Saat menjajah Indonesia Belanda mengirim orang Jawa sebagai budak ke Belanda. Yang unik dalam kasus bahasa Jawa ini adalah minat orang asing terhadap bahasa atau sastra Jawa. Dan, Belanda sebagai negeri bekas penjajah Jawa ternyata menjadi gudang dari orang atau pakar yang punya minat khusus terhadap keberadaan bahasa Jawa.

Universiteit Leiden, universitas tertua di Belanda yang didirikan 1575 merupakan salah satu gudangnya. Di universitas yang didirikan Pangeran Willem van Oranje, tempat dari sekitar 17 ribu mahasiswa menimba ilmu, kita bisa melihat naskah-naskah kuno berhuruf Jawa atau sastra Jawa kontemporer yang masih terawat.

Kelima, Kaledonia Baru. Kaledonia Baru (bahasa Perancis: Nouvelle-Calédonie) adalah sebuah negeri seberang laut milik Perancis terletak di Samudra Pasifik bagian selatan. Juga dinamai Kanaki yang dari nama penduduk asli kepulauan itu. Negara kepulauan ini telah dikuasai Perancis selain Polinesia Perancis. Status ini dikenakan sampai 1998. Namanya berasal dari bahasa Latin Skotlandia. Ibu kotanya ialah Noumea.

Daerah ini dihuni oleh sebagian suku Jawa. Dahulu orang Jawa di Kaledonia Baru menjadi kuli kontrak atau mencari kehidupan lebih baik di negeri asing. Perpindahan orang Jawa di Kaledonia juga sama dengan orang Jawa Suriname, namun kepindahan orang Jawa di Pasifik telah terhenti sejak 1949.

Jumlah penduduk Kaledonia Baru tercatat tanggal 1 September 2006, yaitu: 237.765 jiwa.Orang Jawa di Kaledonia Baru tetap menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa sehari-hari, namun kini anak-anak mudanya sudah tak bisa berbahasa Jawa, hanya bisa berbahasa Perancis saja.
Selain Google Nggoleki, di layanan dunia maya tersedia situs web enslikopedia terbesar di dunia, yaitu Wikipedia. Di situs ini menyediakan edisi khusus Bahasa Jawa dengan konten 37.290 artikel (posisi 28 Oktober 2011).
Berdasarkan estimasi ethnologue.com, Bahasa Jawa menempati peringkat ke 11 di dunia dari segi jumlah penutur, yaitu berturut-turut:
1. Bahasa China dengan jumlah penutur 1,21 milyar orang (paling dominan Bahasa Mandarin dengan 845 juta penutur);
2. Bahasa Spanyol (329 juta);
3. Bahasa Inggris (328 juta);
4. Bahasa Arab (221 juta);
5. Bahasa Hindi (182 juta);
6. Bahasa Bengali (181 juta);
7. Bahasa Portugis (178 juta);
8. Bahasa Rusia (144 juta);
9. Bahasa Jepang (122 Juta);
10. Bahasa Jerman (90,3 juta); dan
11. Bahasa Jawa (84,3 juta).
Jumlah penutur Bahasa Jawa lebih banyak dibanding Bahasa Vietnam, Perancis, Korea dan Turki. Selain bahasa Jawa, bahasa suku lain yang masuk dalam kajian ethnologue.Com, adalah bahasa Sunda. Bahasa Sunda merupakan bahasa peringkat 31 terbesar di dunia, melampaui Bahasa Persia, Tagalog dan Belanda.
Penyebaran 84,3 juta penutur bahasa Jawa tersebar di Indonesia sendiri dan lima negara lain di dunia. Terbesar memang di pulau Jawa sendiri. Tetapi di luar pulau Jawa, juga sungguh besar dan ada yang dominan. Diantaranya di di Lampung 62 persen, Sumatera Utara 33 persen, serta Jambi dan Sumatera Selatan masing-masing 27 persen.
Matur nuwun sanget

TERNYATA BAHASA JAWA MASUK DAFTAR URUTAN RANKING DUNIA YANG BANYAK DIGUNAKAN


Bisa jadi Anda keluarga Jawa yang tidak bisa meneruskan kebisaan bahasa itu ke anak-anak Anda karena tinggal di lingkungan yang heterogen. Alhasil bahasa sehari-hari adalah bahasa Indonesia plus bahasa lokal yang tak utuh.
Lalu Anda membatin, apakah lama-lama bahasa Jawa akan punah? Tak perlu khawatir. Disadur dari harian Kompas, jumlah penutur bahasa Jawa di seluruh dunia diperkirakan mencapai 85 juta orang.
Melihat jumlah penuturnya yang banyak itu, bahasa Jawa diperkirakan dalam satu hingga dua generasi mendatang belum punah.Meski demikian, tidak bisa dimungkiri, penggunaan bahasa Jawa di lingkungan keluarga kini terus-menerus berkurang.
"Masalah yang serius sekarang adalah tidak ada pendidikan bahasa Jawa yang baik. Bagaimanapun, suatu bahasa tidak akan bertahan jika tidak pernah dipakai," kata pencetus Kongres Bahasa Jawa sekaligus mantan Kepala Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta, Sudaryanto, di sela Kongres Bahasa Jawa VI, di Yogyakarta, Kamis (10/11).
Menurut dia, saat ini, banyak keluarga muda yang tidak lagi mengajarkan anak-anak mereka berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Jawa.
Padahal, keluarga merupakan tempat pendidikan terkecil berbahasa yang sangat efektif.
"Latihan keterampilan berbahasa membutuhkan tiga hal: mendengarkan, berbicara, dan menulis. Latihan-latihan seperti ini perlu diupayakan secara sadar oleh para orangtua," kata Sudaryanto.
Selain di keluarga dan sekolah, pemakaian bahasa Jawa perlu diusahakan pula di tempat-tempat nonformal lainnya.
Fokus pembelajaran ditekankan pada anak- anak kecil yang sedang belajar berbicara.
"Belajar bahasa Jawa bisa juga dilakukan di posyandu sehingga anak-anak yang sedang belajar berbicara dapat langsung mempraktikkannya," ujar Sudaryanto.
Rekomendasi
Ketua Umum Kongres Bahasa Jawa VI Nursatwika berharap kongres ini bisa mengeluarkan rekomendasi-rekomendasi yang dapat diimplementasikan.
"Sebelumnya, lima kongres, sejak 1991, menghasilkan banyak keputusan dan rekomendasi. Namun, tidak jelas siapa yang melaksanakannya," katanya.
Karena itu, dalam Kongres Bahasa Jawa VI, diharapkan terbentuk badan pekerja yang bertugas mengawasi pelaksanaan hasil kongres.
Pada tahun 1998-2001, terbentuk badan pekerja kongres yang beranggotakan pakar dan pemerhati bahasa Jawa dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY.
"Badan ini tidak bisa efektif bekerja karena anggotanya berasal dari tiga provinsi sehingga sulit berkoordinasi. Karena itu, dalam kongres sekarang, diusulkan pembuatan badan pekerja di setiap provinsi yang bertugas mengawasi pelaksanaan rekomendasi kongres di provinsi lain. Dengan saling mengawasi, implementasi hasil kongres bisa lebih efektif," tutur Nursatwika.
Dengan jumlah penutur sebanyak itu, bahasa Jawa menduduki peringkat ke-11.
Sementara menurut Wikipedia yang mengutip Nationalencyklopedin tahun 2007, bahasa Jawa ada di peringkat 12 dengan jumlah penutur 82 juta.
Daftar lengkap ranking dunia bahasa dari Wikipedia adalah sebagai berikut.
No Bahasa                                            Jumlah penutur                            Persentase terhadap
                                                                     dalam juta                                     populasi dunia
                                                                    2007 (2010)                                       (2007)
1 Mandarin                                              935 (955)                                          14.1%
2 Spanyol                                                   390 (405)                                          5.85%
3 Inggris                                                     365 (360)                                          5.52%
4 Hindi                                                        295 (310)                                         4.46%
5 Arab                                                         280 (295)                                         4.23%
6 Portugis                                                  205 (215)                                         3.08%
7 Bengali                                                    200 (205)                                         3.05%
8 Rusia                                                       160 (155)                                          2.42%
9 Jepang                                                     125 (125)                                         1.92%
10 Punjab                                                   95 (100)                                          1.44%
11 Jerman                                                   92 (89)                                            1.39%
12   Jawa                                                         82                                                  1.25%
Sumber: http://bangka.tribunnews.com/2016/11/17/ternyata-bahasa-jawa-masuk-dafar-urutan-ranking-dunia-yang-banyak-digunakan?page=2.

SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH


SERAT WEDHATAMA PUPUH GAMBUH
Anggitan: KGPAA Mangkunagara IV
Samengko ingsun tutur
Sembah catur supaya lumuntur
Dhihin raga, cipta, jiwa, rasa, kaki
Ing kono lamun tinemu
Tandha nugrahaning Manon
Kelak saya bertutur,
Empat macam sembah supaya dilestarikan;
Pertama; sembah raga, kedua; sembah cipta, ketiga; sembah jiwa, dan keempat; sembah rasa, anakku !
Di situlah akan bertemu dengan
pertanda anugrah Tuhan.
Sembah raga punika
Pakartine wong amagang laku
Susucine asarana saking warih
Kang wus lumrah limang wektu
Wantu wataking weweton
Sembah raga adalah
Perbuatan orang yang lagi magang “olah batin”
Menyucikan diri dengan sarana air,
Yang sudah lumrah misalnya lima waktu
Sebagai rasa menghormat waktu
Inguni uni durung
Sinarawung wulang kang sinerung
Lagi iki bangsa kas ngetokken anggit
Mintokken kawignyanipun
Sarengate elok elok
Zaman dahulu belum
pernah dikenal ajaran yang penuh tabir,
Baru kali ini ada orang menunjukkan hasil rekaan,
memamerkan ke-bisa-an nya
amalannya aneh aneh
Thithik kaya santri Dul
Gajeg kaya santri brai kidul
Saurute Pacitan pinggir pasisir
Ewon wong kang padha nggugu
Anggere padha nyalemong
Kadang seperti santri “Dul”  (gundul)
Bila tak salah, seperti santri wilayah selatan
Sepanjang Pacitan tepi pantai
Ribuan orang yang percaya.
Asal-asalan dalam berucap
Kasusu arsa weruh
Cahyaning Hyang kinira yen karuh
Ngarep arep urub arsa den kurebi
Tan wruh kang mangkono iku
Akale kaliru enggon
Keburu ingin tahu,
cahaya Tuhan dikira dapat ditemukan,
Menanti-nanti besar keinginan (mendapatkan anugrah) namun gelap mata
Orang tidak paham yang demikian itu
Nalarnya sudah salah kaprah
Yen ta jaman rumuhun
Tata titi tumrah tumaruntun
Bangsa srengat tan winor lan laku batin
Dadi nora gawe bingung
Kang padha nembah Hyang Manon
Bila zaman dahulu,
Tertib teratur runtut harmonis
sariat tidak dicampur aduk dengan olah batin,
jadi tidak membuat bingung
bagi yang menyembah Tuhan
Lire sarengat iku
Kena uga ingaran laku
Dhingin ajeg kapindone ataberi
Pakolehe putraningsun
Nyenyeger badan mrih kaot
Sesungguhnya sariat itu
dapat disebut olah, yang bersifat ajeg dan tekun.
Anakku, hasil sariat adalah dapat menyegarkan badan
agar lebih baik,
Wong seger badanipun
Otot daging kulit balung sungsum
Tumrah ing rah memarah
Antenging ati
Antenging ati nunungku
Angruwat ruweding batos
badan, otot, daging, kulit dan tulang sungsumnya menjadi segar,
Mempengaruhi darah, membuat tenang di hati.
Ketenangan hati membantu
Membersihkan kekusutan batin
Mangkono mungguh ingsun
Ananging ta sarehne asnafun
Beda beda panduk pandhuming dumadi
Sayektine nora jumbuh
Tekad kang padha linakon
Begitulah menurut ku !
Tetapi karena orang itu berbeda-beda,
Beda pula garis nasib dari Tuhan.
Sebenarnya tidak cocok
tekad yang pada dijalankan itu
Nanging ta paksa tutur
Rehne tuwa tuwase mung catur
Bok lumuntur lantaraning reh utami
Sing sapa temen tinemu
Nugraha geming kaprabon
Namun terpaksa memberi nasehat
Karena sudah tua kewajibannya hanya memberi petuah.
Siapa tahu dapat lestari menjadi pedoman tingkah laku utama.
Barang siapa bersungguh-sungguh akan
mendapatkan anugrah kemuliaan dan kehormatan.
Samengko sembah kalbu
Yen lumintu uga dadi laku
Laku agung kang kagungan Narapati
Patitis tetesing kawruh
Meruhi marang kang momong
Nantinya, sembah kalbu itu
jika berkesinambungan juga menjadi olah spiritual.
Olah (spiritual) tingkat tinggi yang dimiliki Raja.
Tujuan ajaran ilmu ini;
untuk memahami yang mengasuh diri (guru sejati/pancer)
Sucine tanpa banyu
Mung nyunyuda mring hardaning kalbu
Pambukane tata titi ngati ati
Atetep telaten atul
Tuladan marang waspaos
Bersucinya tidak menggunakan air
Hanya menahan nafsu di hati
Dimulai dari perilaku yang tertata, teliti dan hati-hati (eling dan waspada)
Teguh, sabar dan tekun,
semua menjadi watak dasar,
Teladan bagi sikap waspada.
Mring jatining pandulu
Panduk ing ndon dedalan satuhu
Lamun lugu legutaning reh maligi
Lageane tumalawung
Wenganing alam kinaot
Dalam penglihatan yang sejati,
Menggapai sasaran dengan tata cara yang benar.
Biarpun sederhana tatalakunya dibutuhkan konsentrasi
Sampai terbiasa mendengar suara sayup-sayup dalam keheningan
Itulah, terbukanya “alam lain”
Yen wus kambah kadyeku
Sarat sareh saniskareng laku
Kalakone saka eneng ening eling
Ilanging rasa tumlawung
Kono adiling Hyang Manon
Bila telah mencapai seperti itu,
Saratnya sabar segala tingkah laku.
Berhasilnya dengan cara;
Membangun kesadaran, mengheningkan cipta,  pusatkan fikiran kepada energi Tuhan.
Dengan hilangnya rasa sayup-sayup, di situlah keadilan Tuhan terjadi. (jiwa  memasuki alam gaib rahasia Tuhan)
Gagare ngunggar kayun
Tan kayungyun mring ayuning kayun
Bangsa anggit yen ginigit nora dadi
Marma den awas den emut
Mring pamurunging kalakon
Gugurnya jika menuruti kemauan jasad (nafsu)
Tidak suka dengan indahnya kehendak rasa sejati,
Jika merasakan keinginan yang tidak-tidak akan gagal.
Maka awas dan ingat lah
dengan yang membuat gagal tujuan
Samengko kang tinutur
Sembah katri kang sayekti katur
Mring Hyang Sukma sukmanen saari ari
Arahen dipun kacakup
Sembaling jiwa sutengong
Nanti yang diajarkan
Sembah ketiga yang sebenarnya  diperuntukkan kepada Hyang sukma (jiwa).
Hayatilah dalam kehidupan sehari-hari
Usahakan agar mencapai sembah jiwa ini anakku !
Sayekti luwih perlu
Ingaranan pepuntoning laku
Kalakuwan tumrap kang bangsaning batin
Sucine lan awas emut
Mring alaming lama maot
Sungguh lebih penting, yang
disebut sebagai ujung jalan spiritual,
Tingkah laku olah batin, yakni
menjaga kesucian dengan awas dan selalu ingat akan alam nan abadi kelak.
Ruktine ngangkah ngukut
Ngiket ngruket triloka kakukut
Jagad agung ginulung lan jagad alit
Den kandel kumadel kulup
Mring kelaping alam kono
Cara menjaganya dengan menguasai, mengambil, mengikat, merangkul erat tiga jagad yang dikuasai.
Jagad besar tergulung oleh jagad kecil,
Pertebal keyakinanmu anakku !
Akan kilaunya alam tersebut.
Kaleme mawi limut
Kalamatan jroning alam kanyut
Sanyatane iku kanyatan kaki
Sejatine yen tan emut
Sayekti tan bisa awor
Tenggelamnya rasa melalui suasana “remang berkabut”,
Mendapat firasat dalam alam yang menghanyutkan,
Sebenarnya hal itu kenyataan, anakku !
Sejatinya jika tidak ingat
Sungguh tak bisa “larut”
Pamete saka luyut
Sarwa sareh saliring panganyut
Lamun yitna kayitnan kang mitayani
Tarlen mung pribadinipun
Kang katon tinonton kono
Jalan keluarnya dari luyut (batas antara lahir dan batin)
Tetap sabar mengikuti “alam  yang menghanyutkan”
Asal hati-hati dan waspada yang menuntaskan tidak lain hanyalah diri pribadinya
yang tampak terlihat di situ
Nging away salah surup
Kono ana sajatining urub
Yeku urub pangareb uriping budi
Sumirat sirat narawung
Kadya kartika katonton
Tetapi jangan salah mengerti
Di situ ada cahaya sejati
Ialah cahaya pembimbing,
energi penghidup akal budi.
Bersinar lebih terang dan cemerlang,
tampak bagaikan bintang
Yeku wenganing kalbu
Kabukane kang wengku winengku
Wewengkone wis kawengku neng sireki
Nging sira uga kawengku
Mring kang pindha kartika byor
Yaitu membukanya pintu hati
Terbukanya yang kuasa-menguasai (antara cahaya/nur dengan jiwa/roh).
Cahaya itu sudah kau (roh)  kuasai
Tapi kau (roh) juga dikuasai
oleh cahaya yang seperti bintang cemerlang.
Samengko ingsun tutur
Gantya sembah ingkang kaping catur
Sembah rasa karasa wosing dumadi
Dadine wis tanpa tuduh
Mung kalawan kasing batos
Nanti ingsun ajarkan,
Beralih sembah yang ke empat.
Sembah rasa terasalah hakekat kehidupan.
Terjadinya sudah tanpa petunjuk,
hanya dengan kesentosaan batin
Kalamun durung lugu
Aja pisan wani ngaku aku
Antuk siku kang mangkono iku kaki
Kena uga wenang muluk
Kalamun wus padha melok
Apabila belum bisa membawa diri,
Jangan sekali-kali berani mengaku-aku,
mendapat laknat yang demikian itu anakku !
Artinya, seseorang berhak berkata apabila sudah mengetahui dengan nyata.
Meloke ujar iku
Yen wus ilang sumelanging kalbu
Amung kandel kumandel
Amarang ing takdir
Iku den awas den emut
Den memet yen arsa momot
Menghayati pelajaran ini
Bila sudah hilang keragu-raguan hati.
Hanya percaya dengan sungguh-sungguh kepada takdir
itu harap diwaspadai, diingat,
dicermati bila ingin menguasai seluruhnya.
Pamoting ujar iku
Kudu santosa ing budi teguh sarta sabar tawekal legaweng ati
Trima lila ambeg sadu
Weruh wekasing dumados
Melaksanakan petuah itu
Harus kokoh budipekertinya
Teguh serta sabar
tawakal lapang dada
Menerima dan ikhlas apa adanya sikapnya dapat dipercaya
Mengerti “sangkan paraning dumadi”.
Sabarang tindak tanduk
Tumindake lan sakadaripun,
Den ngaksama kasisipaning sesami,
Sumimpanga ing laku dur,
Hardaning budi kang ngrodon.
Segala tindak tanduk
dilakukan ala kadarnya,
memberi maaf atas kesalahan sesama,
menghindari perbuatan tercela,
(dan) watak angkara yang besar.
Dadya weruh iya dudu,
Yeku minangka pandaming kalbu,
Ingkang buka ing kijab bullah agaib,
Sesengkeran kang sinerung,
Dumunung telenging batos.
Sehingga tahu baik dan buruk,
Demikian itu sebagai ketetapan hati,
Yang membuka penghalang/tabir  antara insan dan Tuhan,
Tersimpan dalam rahasia,
Terletak di dalam batin.
Rasaning urip iku,
Krana momor pamoring sawujud,
Wujudollah sumrambah ngalam sakalir,
Lir manis kalawan madu,
Endi arane ing kono.
Rasa hidup itu
dengan cara manunggal dalam satu wujud,
Wujud Tuhan meliputi alam semesta,
bagaikan rasa manis dengan madu. Begitulah ungkapannya.
Endi manis endi madu,
Yen wis bisa nuksmeng pasang semu,
Pasamoaning hebing kang Mahasuci,
Kasikep ing tyas kacakup,
Kasat mata lair batos.
Mana manis mana madu,
apabila sudah bisa menghayati gambaran itu,
Bagaimana pengertian sabda Tuhan,
Hendaklah digenggam di dalam hati, sudah jelas dipahami secara lahir dan batin.
Ing batin tan kaliru
Kedhap kilap liniling ing kalbu,
Kang minangka colok celaking Hyang Widhi,
Widadaning budi sadu,
Pandak panduking liru nggon.
Dalam batin tak keliru,
Segala cahaya indah dicermati dalam hati,
Yang menjadi petunjuk dalam memahami hakekat Tuhan,
Selamatnya karena budi (bebuden)  yang jujur (hilang nafsu),
Agar dapat merasuk beralih “tempat”.
Nggonira mrih tulus,
Kalaksitaning reh kang rinuruh,
Nggyanira mrih wiwal warananing gaib,
Paranta lamun tan weruh,
Sasmita jatining endhog.
Agar usahamu berhasil,
Dapat menemukan apa yang dicari,
upayamu agar dapat melepas penghalang kegaiban,
Apabila kamu tidak paham ; lihatlah tentang bagaimana terjadinya telur.
Putih lan kuningipun,
Lamun arsa titah,
titah teka mangsul,
Dene nora mantra-mantra yen ing lair,
Bisa aliru wujud,
Kadadeyane ing kono.
Putih dan kuningnya,
bila akan mewujud (menetas),
wujud datang berganti,
tak disangka-sangka,
bila kelahirannya
dapat berganti wujud,
Kejadiannya di situ !
Istingarah tan metu,
Lawan istingarah tan lumebu,
Dene ing njro wekasane dadi njawi,
Rasakna kang tuwajuh,
Aja kongsi kabasturon.
Dipastikan tidak keluar,
juga tidak masuk,
Kenyataannya yang di dalam akhirnya menjadi di luar,
Rasakan sunguh-sungguh,
Jangan sampai terlanjur tak bisa memahami.
Karana yen kebanjur,
Kajantaka tumekeng saumur,
Tanpa tuwas yen tiwasa ing dumadi,
Dadi wong ina tan weruh,
Dheweke den anggep dayoh.
Sebab apabila sudah terlanjur,
akan tak tenang sepanjang hidup, tidak ada gunanya bila kelak mati,
Menjadi orang hina yang bodoh,
dirinya sendiri malah dianggap tamu.

Sumber: https://sabdalangit.wordpress.com