Bisa
jadi Anda keluarga Jawa yang tidak bisa meneruskan kebisaan bahasa itu ke
anak-anak Anda karena tinggal di lingkungan yang heterogen. Alhasil bahasa
sehari-hari adalah bahasa Indonesia plus bahasa lokal yang tak utuh.
Lalu Anda membatin, apakah lama-lama bahasa Jawa akan punah? Tak perlu khawatir. Disadur dari harian Kompas, jumlah penutur bahasa Jawa di seluruh dunia diperkirakan mencapai 85 juta orang.
Lalu Anda membatin, apakah lama-lama bahasa Jawa akan punah? Tak perlu khawatir. Disadur dari harian Kompas, jumlah penutur bahasa Jawa di seluruh dunia diperkirakan mencapai 85 juta orang.
Melihat
jumlah penuturnya yang banyak itu, bahasa Jawa diperkirakan dalam satu hingga
dua generasi mendatang belum punah.Meski demikian, tidak bisa dimungkiri,
penggunaan bahasa Jawa di lingkungan keluarga kini terus-menerus berkurang.
"Masalah
yang serius sekarang adalah tidak ada pendidikan bahasa Jawa yang baik.
Bagaimanapun, suatu bahasa tidak akan bertahan jika tidak pernah dipakai,"
kata pencetus Kongres Bahasa Jawa sekaligus mantan Kepala Balai Bahasa Daerah
Istimewa Yogyakarta, Sudaryanto, di sela Kongres Bahasa Jawa VI, di Yogyakarta,
Kamis (10/11).
Menurut
dia, saat ini, banyak keluarga muda yang tidak lagi mengajarkan anak-anak
mereka berkomunikasi sehari-hari menggunakan bahasa Jawa.
Padahal, keluarga merupakan tempat pendidikan terkecil berbahasa yang sangat efektif.
Padahal, keluarga merupakan tempat pendidikan terkecil berbahasa yang sangat efektif.
"Latihan
keterampilan berbahasa membutuhkan tiga hal: mendengarkan, berbicara, dan
menulis. Latihan-latihan seperti ini perlu diupayakan secara sadar oleh para
orangtua," kata Sudaryanto.
Selain
di keluarga dan sekolah, pemakaian bahasa Jawa perlu diusahakan pula di
tempat-tempat nonformal lainnya.
Fokus pembelajaran ditekankan pada anak- anak kecil yang sedang belajar berbicara.
Fokus pembelajaran ditekankan pada anak- anak kecil yang sedang belajar berbicara.
"Belajar
bahasa Jawa bisa juga dilakukan di posyandu sehingga anak-anak yang sedang belajar
berbicara dapat langsung mempraktikkannya," ujar Sudaryanto.
Rekomendasi
Rekomendasi
Ketua
Umum Kongres Bahasa Jawa VI Nursatwika berharap kongres ini bisa mengeluarkan
rekomendasi-rekomendasi yang dapat diimplementasikan.
"Sebelumnya,
lima kongres, sejak 1991, menghasilkan banyak keputusan dan rekomendasi. Namun,
tidak jelas siapa yang melaksanakannya," katanya.
Karena
itu, dalam Kongres Bahasa Jawa VI, diharapkan
terbentuk badan pekerja yang bertugas mengawasi pelaksanaan hasil kongres.
Pada
tahun 1998-2001, terbentuk badan pekerja kongres yang beranggotakan pakar dan
pemerhati bahasa Jawa dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY.
"Badan
ini tidak bisa efektif bekerja karena anggotanya berasal dari tiga provinsi
sehingga sulit berkoordinasi. Karena itu, dalam kongres sekarang, diusulkan
pembuatan badan pekerja di setiap provinsi yang bertugas mengawasi pelaksanaan
rekomendasi kongres di provinsi lain. Dengan saling mengawasi, implementasi
hasil kongres bisa lebih efektif," tutur Nursatwika.
Dengan jumlah penutur sebanyak itu, bahasa Jawa menduduki peringkat ke-11.
Dengan jumlah penutur sebanyak itu, bahasa Jawa menduduki peringkat ke-11.
Sementara
menurut Wikipedia yang mengutip
Nationalencyklopedin tahun 2007, bahasa Jawa ada di peringkat 12 dengan jumlah penutur 82 juta.
No
Bahasa Jumlah penutur Persentase
terhadap
dalam juta populasi dunia
2007 (2010) (2007)
dalam juta populasi dunia
2007 (2010) (2007)
1 Mandarin
935 (955)
14.1%
2 Spanyol 390 (405) 5.85%
3 Inggris 365 (360) 5.52%
4 Hindi 295 (310) 4.46%
5 Arab 280 (295) 4.23%
6 Portugis 205 (215) 3.08%
7 Bengali 200 (205) 3.05%
8 Rusia 160 (155) 2.42%
9 Jepang 125 (125) 1.92%
10 Punjab 95 (100) 1.44%
11 Jerman 92 (89) 1.39%
12 Jawa 82 1.25%
2 Spanyol 390 (405) 5.85%
3 Inggris 365 (360) 5.52%
4 Hindi 295 (310) 4.46%
5 Arab 280 (295) 4.23%
6 Portugis 205 (215) 3.08%
7 Bengali 200 (205) 3.05%
8 Rusia 160 (155) 2.42%
9 Jepang 125 (125) 1.92%
10 Punjab 95 (100) 1.44%
11 Jerman 92 (89) 1.39%
12 Jawa 82 1.25%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar